Di Facebook, gw pernah memajang status begini:
“Persahabatan itu ialah saat dua orang berbicara ‘bahasa pemrograman’ yang sama….”
Sebenernya bisa aja cukup ‘bahasa yang sama’, tapi gw rasa lebih cocok ‘bahasa pemrograman yang sama’. Analoginya gini, misalnya sebuah robot, supaya dia bisa menjalankan perintah yang kita mau, otomatis ada programnya dong, dan programnya itu pake bahasa tersendiri yang memang bisa dipake untuk memrogram robot. Begitulah kira-kira. Kan ada tuh, bahasa pemrograman misal C++, C, assembly, basic, dan lain sebagenya.
Bahasa-bahasa tersebut punya kode-kode tersendiri untuk suatu perintah. Misal kalau mau robotnya jalan, kita harus menyetel motor DC dari robot itu ke posisi ON, atau high. Nah, penulisan alogaritma-nya untuk perintah tersebut dalam setiap bahasa pemrograman pastilah berbeda. Kalo berbeda bahasa, pasti bukan ngga mungkin lagi untuk ada sinkronisasi, malahan mustahil. Program yang ditulis dengan bahasa java ngga akan bisa dijalankan di kompilator (pembuat program) yang menggunakan bahasa C++.
Berdasarkan pengalaman gw, ternyata persahabatan itu memang tercipta saat dua orang seolah-olah menggunakan bahasa pemrograman yang sama. Jadi, karena program yang ditulis itu dengan bahasa yang sama, maka dari program yang satu dengan program yang lain bisa sinkronisasi. Kata ‘program’ di sini kita analogikan sebagai cara pikir atau mind set seseorang. Cara pikir seseorang itu selain sudut pandang dari suatu masalah juga mencakup tingkat ke-lebay-an seseorang. Oke, ini pendapat gw aja. Tapi, di saat gw berbicara sama temen gw yang tingkat ke-lebay-an-nya berbeda, gw merasa kurang nyambung aja sama orang itu.
Misal gini, temen gw salah ngitung jumlah orang yang mau ikut ada berapa. Lantas temen-temen gw yang laen abis itu menyalahkan temen gw yang salah itung tersebut. Dalam konteks bercanda maksudnya. Dan terus aja berlanjut saling menimpali candaan-candaan yang menyalahkan dia. Terus mereka tertawa. Tapi, entah mengapa, bagi gw itu ngga penting. Mendingan kita mikirin acara-nya nanti gimana, daripada sekedar bercanda gitu. Ya kalo bencanda sambil ngerencanain acaranya nanti sih ngga apa-apa, sambil menyelam minum air. Tapi kalo arah pembicaraan tuh ngga jelas, males aja gw.
See? Di situlah letak perbedaan ‘bahasa pemrograman’-nya. Saat cara pikir dua orang saling berbeda, nampaknya sulit untuk tercipta persahabatan.
Contoh lain, ada hubungannya dengan hobi. Gw menyenangi hal-hal yang berhubungan dengan komputer, makanya kadang seneng mengibaratkan sesuatu dengan istilah-istilah komputer. Nah, bagi yang ngga seneng komputer? Sekalipun ngerti, paling cuma ‘oohh’ aja atau menyatakan setuju, tapi pembicaraan ngga berlanjut.
Bisa juga saat lo curhat tentang masalah lo. Gw curhat ke tiga orang. Dan jawabannya tuh berbeda-beda:
- “Ah, gitu aja dipikirin…”
- “Ha? Maksudnya mit?”
atau
- “Menurut gw, wajar memang kalau lo berpikir bla bla bla.. karena bla bla bla.. Gw juga pernah gitu ko…”
Gw akan memilih yang ketiga. Ya karena gw akan lebih nyaman kalo orang bilang begitu. Bisa dilihat bahwa pendapat yang berbeda tersebut berasal dari cara pikir mereka yang berbeda pula. Nah cara pikir inilah yang ibarat bahasa pemrograman. Mungkin orang pertama memakai bahasa pascal yang sederhana. Orang kedua ibarat memakai bahasa Basic, dan orang ketiga memakai bahasa assembly, panjang tapi detail (menurut gw loh). Jadi, di saat lo menemukan orang yang berbicara dan cara pikirnya cocok sama lo, sangat bisa dipastikan orang itu berbicara bahasa pemrograman yang sama dengan lo….
***
Yang nyumbang opini: